Random Post

Diberdayakan oleh Blogger.

Trending Topic




Jumat, 12 Desember 2014

Barang kali tidak pernah akan punah , atau harus selalu diberi peringatan  agar  sifat – sifat tertentu manusia seperti yang terjadi  dahulu hinggga sekarang,  Adanya   orang orang yang saleh beribadah , rajin berdoa,  manis tutur katanya, tetapi perbuatan tidak sesuai dengan kekuatan ibadahnya.  Sering dalam perkataan mengasihi Tuhan , tetapi dalam perbuatan tidak mengasihi Dia. Menghalalkan segala cara untuk mendapat sesuatu walaupun dengan perbuatan perbuatan yang melanggar larangan – larangan Tuhan Jelas setiap perbuatan atau Sifat – sifat seperti ini diketahui oleh Tuhan, karena IA  yang maha tahu sampai kedalam hati setiap manusia 
Rasul Paulus membahasakannya demikian : BUKAN APA YANG KUKEHANDAKI YANG KAU PERBUAT, TETAPI APA YANG AKU BENCI ITULAH YANG KAU PERBUAT.  Sepintas kita dengar perkataan Paulus bahwa yang aku benci yang harus dilakukan Jangan salah artikan kalimat tadi  Hal Hal yang kuhendaki yang harus kita lakukan adalah apa yang dibenci Tuhan itu Jangan Dilakukan.  Setiap manusia memang sangat mudah berkomitment (mengucapkan ) tentang yang baik , tetapi tidak mudah untuk melakukannya .

Umat Allah pada zaman Alkitab , bahkan sampai sekarang bisa jadi juga hidup secara demikian.  Dalam perjanjian lama , umat yang demikian disebut umat bebal dan munafik.  Nabi Amos mengecam ibadah umat israel (utara) dengan mengatakan bahwa Tuhan membenci ibadah ibadah yang tidak sejati. Allah membenci , karena mereka memang kelihatan saleh beribadah dengan persembahan – persembahan yang semarak ,tetapi tingkah laku dan moralitas mereka bobrok. 
Dalam Bacaan tadi, fenomena diatas juga diungkapkan oleh penulis kitab Amsal, dalam bentuk amsal, yang menjadi warning sekaligus sebagai seruan untuk bertobat. Pada ayat 16 dikatakan enam perkara yang dibenci Tuhan , bahkan , tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatinya : Ada yang menarik dalam ungkapan ini , yaitu enam perkara jahat yang dibenci Tuhan , artinya tidak disukai dan tidak diperkenakan olehnya dan oleh sebab itu selalu  beri peringatan. Tetapi kalau sudah menjadi tujuh  perkara artinya sudah keterlaluan dan tidak mau bertobat , maka hal itu menjadi kekejian bagi hatiNya. Artinya DIA pasti menghukumnya. Jadi ada peningkatan dari angka 6 kepada angka 7 ada peningkatan dalam melakukan kejahatan (dosa) ; respon Tuhan juga ada peningkatan , yaitu dari tidak menyukai (peringatan) kepada kekejian bagiNya. Memberi hukuman ; Tuhan tidak mentolelir umatnya yang tidak mau bertobat dari moralitas yang bobrok.
Mari kita perhatikan perkara – perkara  yang disebutkan tersebut.
MATA SOMBONG : Maksudnya mata yang terangkat keatas, yang tidak memperhatikan sesama, karena menganggap diri lebih dari mereka. Merendahkan orang karena status , jabatan , pendidikan tua dan muda .  Cara memandang orang lain dengan gaya merendahkan itulah kesombongan.  Apanya yang harus kita tonjolkan atau apa yang harus kita sombongkan terhadap sesama manusia . Apakah karena kita seorang Pimpinan lalu merendahkan bawahan , apakah seorang pimpinan dapat bekerja sendiri dalam pekerjaan tanpa ada bawahan . Seperti yang terjadi dikehidupan nyata seorang tukang sampah , apa yang terjadi jika mereka tidak  ada mengambil sampah ..... tidak mungkin 
MATA SOMBONG : juga berarti mengedipkan mata dengan kroninya yang jahat karena mau bersekongkol melakukan penipuan . jadi yang dikecam disini adalah kesombongan melalui pandangan mata yang sinis.
LIDAH DUSTA : artinya kebohongan ; apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan hatinya; lain di mulut lain di hati . lidah dusta yang memutarbalikkan kebenaran juga berkaitan dengan penipuan dan perbuatan yang tidak jujur licik dan keji. 
Selanjutnya
TANGAN YANG MENUMPAHKAN DARAH ORANG YANG TIDAK BERSALAH : Artinya perbuatan yang sama sekali tidak adil , keji dan merupakan penyangkalan terhadap kebenaran hidup (pembunuh ). 
HATI YANG MEMBUAT RENCANA RENCANA YANG JAHAT: Kejahatan yang dilakukannya bukan kebetulan atau karena keadaan mendesak, tetapi sungguh sungguh direncanakan secara sengaja dan matang . jadi ada rencana , strategi dan akal licik serta semangat untuk melakukan (yang diungkapkan dengan kaki yang segera lari kepada kejahatan). 
MENJADI SAKSI DUSTA : (Seperti yang dilarang pada hukum ke 9 : jagan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu) saksi dusta disini memutar balikkan kebenaran di pengadilan  yang menyebabkan orang divonis bersalah. Perkataan dusta seperti itu juga menyebabkan orang orang bertengkar jadi mengucapkan saksi dusta sama dengan mengadu domba seorang dengan yang lain.
Jadi sebagai orang orang berhikmat (mempunyai wisdom ) yang takut akan Tuhan umatNya , khusunya orang orang muda , tidak hanya  menjauhkan diri, Tetapi Membenci Kejahatan dari enam atau tujuh perkara tersebut. Kesombongan, sikap hidup berbohong , memutar balikkan kebenaran , berbagai bentuk kejahatan (moralitas bobrok). 

MEMBENCI kejahatan dilakukan secara AKTIF. Kasih yang membenci kejahatan bukan dilakukan secara pasif, yaitu menunggu sampai kejahatan itu benar-benar mencobai kita. TIDAK! Justru, kita secara AKTIF membenci kejahatan baik kejahatan itu PASIF maupun AKTIF mencobai kita. Berarti, ada suatu langkah MAJU dan BERANI di dalam sikap kita dalam MEMBENCI kejahatan. Hal ini sama seperti yang dipaparkan oleh Rasul Petrus ketika berbicara mengenai si setan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1Ptr. 5:8-9) Kata “sadarlah”, “berjaga-jagalah”, dan “lawanlah” di dalam kedua ayat ini (8-9) di dalam struktur bahasa Yunani menggunakan bentuk AKTIF. Berarti, kita bukan diperintahkan PASIF terhadap kejahatan/setan, tetapi AKTIF., kita sebagai orang Kristen yang beres TIDAK dipanggil hanya untuk menjawab tantangan/serangan zaman/setan, tetapi untuk MENANTANG zaman agar kembali kepada Kebenaran!
Lalu, bagaimana kita mewujud nyatakan kasih yang membenci kejahatan secara aktif ini? Caranya adalah dengan TIDAK terikat pada kejahatan atau apa pun yang jahat yang memisahkan kita dari Allah .
Sebaliknya umatNya terpanggil untuk hidup secara jujur, rendah hati , hidup dengan penuh  kasih dan dalam kesetiaan kepada Tuhan dan Tugas panggilan .
Apa yang diingatkan dalam bacaan tadi (tentang 6 atau tujuh perkara yang dibenci Tuhan dan yang menjadi kekejianNYA) terus menjadi fenomena dalam sepanjang sejarah manusia, dimana – mana , kesombongan sosial,  kesombongan intelektual , bahkan kesombongan rohani, merusak kehidupan manusia dalam kebersamaan  (contoh contoh) , kebohongan , perkataan dusta, penipuan, rencana rencana jahat, kelicikan  dsbnya. Semuanya itu tetap terjadi , bahkan semakin menignkat, dalam kwantitas dan kualitas. Banyak contoh contoh
Tidak tertutup kemungkinan gejala gejala demikian terjadi dikalangan orang orang percaya. 
Tuhan Yesus pada zamannya juga menghadapi kenyataan demikian , dan oleh sebab itu DIA mengkritik orang orang demikian sebagai orang orang munafik. Pertobatan juga terus menerus diserukan . Rasul Paulus yang menjadi pemberita injil ulung  , juga mengecam kehidupan jemaat yang terhisab dalam perbuatan – perbuatan yang dibenci dan menjadi kekejian bagi Tuhan . sebaliknya Paulus mengajak jemaat untuk hidup dalam kasih ( 1 Kor .13) dan hidup secara jujur dan penuh integritas dalam pelayanan. 
Pertama, kita memberlakukan “membenci kejahatan” itu pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita membenci kejahatan dengan TIDAK terikat pada kejahatan apa pun yang memisahkan kita dari Allah. 
Caranya adalah, seperti yang dipaparkan Paulus (Rm. 12:1-2), kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah yang ditandai dengan pembaharuan akal budi kita. Ketika kita mempersembahkan tubuh kita untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya (melalui pembaharuan akal budi kita), maka pada saat yang sama, melalui proses pengudusan yang Roh Kudus kerjakan, kita tidak akan lagi terikat pada kejahatan yang mendukakan hati-Nya. Berarti fokus kepada Allah mengakibatkan kita tidak lagi berfokus kepada hal-hal yang jahat. Kedua, kita pun dipanggil untuk menyadarkan sesama saudara seiman/orang lain agar mereka juga tidak terikat. Berarti kita bukan hidup egois yang hanya memperhatikan kepentingan kita, tetapi kita juga mengingat orang lain akan bahaya kejahatan itu. 
Bagaimana kita dapat menyadarkan mereka? Caranya adalah dengan menegur mereka agar mereka juga tidak terikat pada kejahatan. Di dalam Alkitab, Paulus menegur Petrus yang munafik (Gal. 2:11-14). Jelas tujuan teguran itu BUKAN untuk mempermalukan Petrus atau membuktikan Paulus lebih hebat dan rohani ketimbang Petrus, tetapi motivasi dan tujuannya agar Petrus bertobat dari kemunafikan itu dan kembali kepada jalan yang benar. Berarti di dalam suatu teguran, yang diperhatikan adalah isi teguran beserta motivasi, cara, dan tujuan yang beres. Kepada Timotius yang ditugasi Paulus untuk melayani jemaat bersama, Paulus menasihatkan Timotius, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2Tim. 4:2) Selain memberitakan firman, di dalam pelayanan, Paulus juga mengingatkan Timotius untuk tidak lupa menegur jemaat. Berarti, teguran tetap diperlukan bagi orang Kristen/jemaat agar mereka juga bertobat. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menegur diri kita sendiri dan orang lain demi pertumbuhan masing-masing anggota tubuh Kristus ke arah Kristus? Ingatlah, jangan sungkan-sungkan menegur dan biarkan Roh Kudus sendiri yang bekerja di dalam teguran itu untuk menyadarkan kita maupun orang lain.
Tugas panggilan kita sebagai jemaat/umatNya adalah menghindari /membenci  enam atau tujuh perkara dalam bacaan tadi secara aktif . Kristus telah menebus kita dari kuasa dosa dan maut dan telah menganugerahkan kehidupan baru , sebab itu kita terpanggil untuk hidup bekerja dan melayani dengankasih yang utuh, dengan penuh kerendahaan hati dibawah tutunan Roh Kudus.  

Dalam kaitan bacaan tadi sebagai orang tua kita terpanggil meletakkan dasar iman yang kokoh bagi anak anak dan generasi muda kita sehingga mereka terhindar dari 6 atau 7 perkara diatas . 
Disinilah kita sebagai gereja dan orang tua , turut melakukan revolusi moral dan mental (secara Kristiani) ditengah umatNYa dan dalam kehidupan bangsa kita,
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar